Sabtu, 14 Januari 2012

Komplikasi ibu hamil trimester I

Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil Trimester I antara lain : ABORTUS, HIPEREMESIS GRAVIDARUM, MOLA, dan KEHAMILAN EKTOPIK.

A.  ABORTUS
  1. Definisi  :   Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum  viable by law (JEFFCOAT, Sinopsis Obstetri) 
  2. Etiologi
a.       Kelainan Ovum
Menurut penyelidikan Hertis dkk. Dari 1000 abortus spontan, maka 48,9 % disebabkan karena ovum yang patologis 3,2 % diebabkan oleh kelainan letak embrio, dan 9,6 % karena plasenta yang abnormal.
b.      Kelainan Genetalia Ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
1)      Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis)
2)      Kelainan letak uterus
3)      Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi
4)      Uterus terlalu cepat terangsang
5)      Distorsio uterus
c.       Gangguan Sirkulasi Plasenta
d.      Penyakit-Penyakit Ibu
Misalnya pada :
1)      Penyakit infeksi
2)      Keracunan Pb, nikotin, dan lain-lain
3)      Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, paru berat
      Malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolisme
e.       Antagonis Rhesus
f.       Perlalu cepatnya korpus hiteum menjadi atrofis
g.      Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
h.     Penyakit bapak : umur lanjut, penyakit kronis, anemia, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan, sinar rontgen, avitaminosis.

3.   Frekuensi
Frekuensi abortus spontan berkisar antara 10 -15 %

4.   Patologi
Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya.

5.   Klasifikasi
Abortus dibagi 2 golongan :
a.   Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah
b.   Abortus Provokatus (Induced Abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun alat-alat.
1)   Abortus medisinalis (abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (indikasi medis).
2)   Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

6.   Klinis Abortus Spontan
a.   Abortus Kompletus (Keguguran Lengkap)
Yaitu seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong.
Terapi : Uterotonika
b.   Abortus Inkompetus (Keguguran bersisa)
Yaitu hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Gejala :
-        Amenorhea
-        Sakit perut, mulas-mulas
-        Perdarahan (sedikit/banyak) biasanya berupa stolsel
-        Sudah ada fetus / jaringan yang keluar
-        Terjadi infeksi (abortus yang sudah lama / pada abortus provokatus oleh orang tidak ahli)
-        Pada VT : Serviks terbuka, teraba sisa jaringan, uterus lebih kecil dari seharusnya.
 Terapi :
-        Bila ada tanda-tanda syok berikan cairan dan transfusi darah
-        Keluarkan jaringan secepat mungkin dengan digital dan kuretase
-        Beri obat-obat uterotonika dan antibiotika
c.   Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung)
Yaitu abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba.
Terapi : seperti abortus inkomplektus.
d.   Abortus Iminens (Keguguran Membakat)
Keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat.
e.   Missed Abortion
Yaitu keadaan dimana janin sudah mati, tetapi berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Gejala :
-        Amenorhea
-        Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang
-        Fundus tidak bertambah tinggi, malah turun
-        Reaksi kehamilan berubah (+) menjadi (-) pada minggu 2-3 setelah fetus mati.
-        Pada VT : serviks tertutup dan ada darah sedikit
-        Pasien merasa perutnya kosong.
Terapi :
-        Beri uterotonika supaya fetus dan desidua dapat keluar
-        Bila tidak berhasil dilakukan dilatasi dan kuretase
-        Dapat juga dilakukan histerotomia anterior
-        Berikan antibiotika
Komplikasi
-        Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia
-    Fetus yang sudah mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan kuretase
f.    Abortus Habitualis
Yaitu : keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
1)      Etiologi
-        Kelainan dari ovum atau spermatozoa
-     Kelainan-kelainan pada ibu seperti : disfungsi tiroid, kesalahan korpus hiteum, kelainan plasenta, malnutrisi, kelainan anatomis dari rahim, hipertensi, gangguan psikis, serviks, inkompeten, atau rhesus antagonis
2)      Pemeriksaan
-   Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uteri submukosa dan anomali kongenital
-    BMR dan kadar jodium darah, untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula tyroidea.
3)      Terapi :
-      Pengobatan pada kelainan endemetrium sebaiknya dilakukan sebelum ada konsepsi pada serviks inkometen terapinya adalah operatif : Shirodkar atau MC Donald.
-        Mengurangi / menghentikan merokok / minum
g.   Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik
-        Abortus Infeksionus adalah : keguguran yang disertai infeksi genital
-   Abortus septik adalah : keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
a.       Diagnosis
-    Adanya abortus : amenorhea, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah sakit.
-        Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan.
-      Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan berbau, uterus besar dan lebek, nyeri tekan, lekositosis
b.      Terapi
-        Bila perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan cairan yang cukup
-    Berikan antibiotika penisilin 1 juta tiap 6 jam, streptomisin 500 mg tiap 12 jam atau antibiotika spektrum luas lainnya.
-    Setelah 24-48 jam pemberian antibiotika / bila terjadi perdarahan banyak seepatnya dilakukan kuretase
-        Infus dan antibiotik diteruskan menurut kebutuhan
-        Pada abortus septik terapi sama, hanya dosis ditinggikan
-      Tindakan operatif, dilakukan bila KU baik, panas mereda, dengan melihat jenis komplikai dan anyaknya perdarahan

7.   Komplikasi Abortus
a.       Perdarahan
b.      Perforasi
c.       Infeksi dan tetanus
d.      Payah ginjal akut
e.       Syok

 Bersambung........................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar