MOLA HIDATIDOSA
Mola hidartidosa merupakan penyimpangan
pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh
vili korealis mengalami perubahan hidropik. Pada beberapa kasus-kasus sebagian
pertumbuhan dan perkembangan vili korealis berjalan normal sehingga janin dapat
tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm. Keadaan ini disebut mola hidatidosa
parsialis.
Karena mengalami perubahan hidropik
disertai pengeluaran hormon gonadotropin, mola hidatidosa dapat menimbulkan
gejala klinis dengan bervariasi. Di samping itu infiltrasi sel trofoblas dapat
merusak pembuluh darah dengan menimbulkan perdarahan.
1. Gejala Klinis
Mola Hidatidosa :
-
Permulaan degenerasi mola hidatidosa mirip
gejala hamil muda berupa rasa enek, mual, muntah, dan pusing hanya
kadang-kadang berlangsung lebih hebat.
-
Pembesaran rahim yang pesat disertai pengeluaran
hormon semakin meningkat (TPU lebih tinggi dari umur kehamilan sebenarnya).
- Infiltrasi sel trofoblast yang merusak pembuluh
darah menimbulkan gejala perdarahan sedikit demi sedikit sampai perdarahan
banyak dan pengeluaran gelembung mola.
-
Gejala perdarahan dapat menyebabkan anemia
sampai syok
2. Diagnosa
Mola Hidatosa
Kedatangan penderita dengan perdarahan bayak,
keadaan umum buruk dan disertai pengeluaran gelembung mola (hamil anggur) maka
diagnotis mola hidatosa dengan mudah dapat ditegakkan.
Kecurigaan mola hidatosa dapat didasarkan
atas gejala klinis yaitu dengan pemeriksaan terdapat keterlabatan datang bulan,
terjadi perdarahan, rahim lebih besar dari umur kehamilan, disertai dengan
gejala hamil yang berlebihan.
Pada pemeriksaan kehamilan tidak dijumpai
gejala-gejala hail pasti seperti balometen, teraba kerangka janin dan tidak
terdengar DJJ. Mola hidatosa dapat dipastikan dengan melakukan peeriksaan kadar
hormon korionik genedotropin dalam darah maupun dalam urine. Peningkatannya
sekitar hari ke 100 sangat besar kemungkinan mola hidatidosa. Dengan
menggunakan alat canggih USG, foto abdomen, mola hidatidosa pada kehamilan yang
masih kecil sudah dapat ditegakkan, gambaran foto abdomen dan USG menunjukkan
tidak dijumpai kerangka janin dan gambaran seperti TV mati.
Peranan bidan dalam penatalaksanaan penyakit
mola gidatidosa terutama menegakkan diagnosis kemungkinan dan selanjutnya
melakukan rujukan untuk mendapatkan diagnosa mati.
3. Pengobatan
Mola Hidatidosa
Langkah-langkah pengobatan mola
hidatidosa terdiri dari 4 tahap, yaitu :
a.
Perbaikan Keadaan Umum
Pengeluaran gelembung mola yang disertai perdarahan
memerlukan tranfusi, sehingga penderita tidak jatuh dalam keadaan syok.
Evakuasi jaringan mola biasanya diikuti perdarahan sehingga periapan darah
menjadi program vital terapi mola hidatidosa. Dalam pengeluaran mola dengan
currettage didahului pemasangan infuse dan uferotonika sehingga pengecilan
rahim dapat mengurangi perdarahan.
b.
Pengeluaran Jaringan Mola
Menghadapi kasus mola hidatidosa terdapat beberapa
pertimbangan berkaitan dengan umur penderita dan paritas. Pada mola hidatidosa
dengan umur muda dan jumlah anak sedikit maka rahim perlu diselamatkan dengan
melakukan tindakan sebagai berikut :
1) Evakuasi
jaringan mola hidatidosa
Evaluasi jaringan mola hidatidosa dilakukan degan
curettage atau dengan vacuum curettage. Evakuasi jaringan mola dilakukan
sebanyak 3 kali dengan interval satu minggu.
2) Histerektomi
Dengan pertimbangan umur relatif tua (di atas 35 tahun) paritas
di atas 3, maka pada penderita mola hidatidosa dilakukan tindakan radikal
hsterektomi. Pertimbangan ini kemungkinan keganasan kario karsinoma menjadi
lebih tinggi.
c.
Pengobatan profiklasis dengan sitostarika (kemoterapi)
Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblast yang dapat
berkelanjutan menjadi kario karsinoma (65% sampai 75%). Untuk menghindari
terjadinya degenerasi ganas, penderita mola hidatidosa diberikan profilaksis
dengan sitostatika (kemoterapi), methotraxate (MTX) atau actinomycin D. Pengobatan
profilaksis atau terapi sitostatika memerlukan perawatan dan pengawasan di
rumah sakit.
d.
Pengobatan Lanjutan
Degenerasi kario carsinoma memerlukan waktu sehingga
kesembuhan penyakit mola hidatidosa memerlukan pengawasan. Setelah penanganan
mola hidatidosa perlu menunda kehamilan paling sedikit 1 tahun.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pengawasan posst mola
hidatidosa adalah :
1) Melakukan
pemeriksaan dalam dengan pedoman “Trias Acosta Sison :
HSBL”, yaitu :
History :
Post mola hidatidosa
Post abortus
Postpartum
Bleeding :
Terjadi perdarahan berkelanjutan
Softness :
Perlunakan rahim
Enlargement :
Pembesaran rahim
2) Pemeriksaan
hormon
Sebelum dengan pemeriksaan canggih, mola hidatidosa
ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan galli Mainini. Pemeriksaan alat canggih
dilakukan untuk menetapkan kadar hormon gonadrotopin
3) Pemeriksaan
foto toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan karena kemungkinan
metastase ke paru-paru dengan gejala batuk-batuk disertai dahak berdarah, dapat
menjadi timbunan cairan dalam pleural.
4) Mencari
metastase
Degenerasi ganas mola hidatidosa bila dijumpai
metastasebintik kebiruan pada vagina yang merupakan tanda khas kario karisoma.
4. Prognosa
mola hidatodosa
Penyebab kematian akibat mola hidatidosa adalah karena
perdarahan, payah jantung bersamaan dengan tirotoksikosis, infeksi sampai
sepsis, pre-eklampsia, dan degenerasi ganas (kario karsinoma). Kematian mola
hidatidosa diperkirakan 2% sampai 5%.
Bersambung.....................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar