Sabtu, 14 Januari 2012

komplikasi Ibu Hamil trimester I

MOLA HIDATIDOSA

Mola hidartidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidropik. Pada beberapa kasus-kasus sebagian pertumbuhan dan perkembangan vili korealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm. Keadaan ini disebut mola hidatidosa parsialis.

Karena mengalami perubahan hidropik disertai pengeluaran hormon gonadotropin, mola hidatidosa dapat menimbulkan gejala klinis dengan bervariasi. Di samping itu infiltrasi sel trofoblas dapat merusak pembuluh darah dengan menimbulkan perdarahan.

1.   Gejala Klinis Mola Hidatidosa :
-        Permulaan degenerasi mola hidatidosa mirip gejala hamil muda berupa rasa enek, mual, muntah, dan pusing hanya kadang-kadang berlangsung lebih hebat.
-        Pembesaran rahim yang pesat disertai pengeluaran hormon semakin meningkat (TPU lebih tinggi dari umur kehamilan sebenarnya).
-      Infiltrasi sel trofoblast yang merusak pembuluh darah menimbulkan gejala perdarahan sedikit demi sedikit sampai perdarahan banyak dan pengeluaran gelembung mola.
-        Gejala perdarahan dapat menyebabkan anemia sampai syok

2.   Diagnosa Mola Hidatosa
Kedatangan penderita dengan perdarahan bayak, keadaan umum buruk dan disertai pengeluaran gelembung mola (hamil anggur) maka diagnotis mola hidatosa dengan mudah dapat ditegakkan.
Kecurigaan mola hidatosa dapat didasarkan atas gejala klinis yaitu dengan pemeriksaan terdapat keterlabatan datang bulan, terjadi perdarahan, rahim lebih besar dari umur kehamilan, disertai dengan gejala hamil yang berlebihan.
Pada pemeriksaan kehamilan tidak dijumpai gejala-gejala hail pasti seperti balometen, teraba kerangka janin dan tidak terdengar DJJ. Mola hidatosa dapat dipastikan dengan melakukan peeriksaan kadar hormon korionik genedotropin dalam darah maupun dalam urine. Peningkatannya sekitar hari ke 100 sangat besar kemungkinan mola hidatidosa. Dengan menggunakan alat canggih USG, foto abdomen, mola hidatidosa pada kehamilan yang masih kecil sudah dapat ditegakkan, gambaran foto abdomen dan USG menunjukkan tidak dijumpai kerangka janin dan gambaran seperti TV mati.
Peranan bidan dalam penatalaksanaan penyakit mola gidatidosa terutama menegakkan diagnosis kemungkinan dan selanjutnya melakukan rujukan untuk mendapatkan diagnosa mati.
 
3.   Pengobatan Mola Hidatidosa
Langkah-langkah pengobatan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap, yaitu :
a.       Perbaikan Keadaan Umum
Pengeluaran gelembung mola yang disertai perdarahan memerlukan tranfusi, sehingga penderita tidak jatuh dalam keadaan syok. Evakuasi jaringan mola biasanya diikuti perdarahan sehingga periapan darah menjadi program vital terapi mola hidatidosa. Dalam pengeluaran mola dengan currettage didahului pemasangan infuse dan uferotonika sehingga pengecilan rahim dapat mengurangi perdarahan.
b.      Pengeluaran Jaringan Mola
Menghadapi kasus mola hidatidosa terdapat beberapa pertimbangan berkaitan dengan umur penderita dan paritas. Pada mola hidatidosa dengan umur muda dan jumlah anak sedikit maka rahim perlu diselamatkan dengan melakukan tindakan sebagai berikut :
1)   Evakuasi jaringan mola hidatidosa
Evaluasi jaringan mola hidatidosa dilakukan degan curettage atau dengan vacuum curettage. Evakuasi jaringan mola dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval satu minggu.
2)   Histerektomi
Dengan pertimbangan umur relatif tua (di atas 35 tahun) paritas di atas 3, maka pada penderita mola hidatidosa dilakukan tindakan radikal hsterektomi. Pertimbangan ini kemungkinan keganasan kario karsinoma menjadi lebih tinggi.
c.       Pengobatan profiklasis dengan sitostarika (kemoterapi)
Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblast yang dapat berkelanjutan menjadi kario karsinoma (65% sampai 75%). Untuk menghindari terjadinya degenerasi ganas, penderita mola hidatidosa diberikan profilaksis dengan sitostatika (kemoterapi), methotraxate (MTX) atau actinomycin D. Pengobatan profilaksis atau terapi sitostatika memerlukan perawatan dan pengawasan di rumah sakit.
d.      Pengobatan Lanjutan
Degenerasi kario carsinoma memerlukan waktu sehingga kesembuhan penyakit mola hidatidosa memerlukan pengawasan. Setelah penanganan mola hidatidosa perlu menunda kehamilan paling sedikit 1 tahun.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pengawasan posst mola hidatidosa adalah :

1)   Melakukan pemeriksaan dalam dengan pedoman “Trias Acosta Sison :
HSBL”, yaitu :
History            : Post mola hidatidosa
  Post abortus
  Postpartum
Bleeding          : Terjadi perdarahan berkelanjutan
Softness          : Perlunakan rahim
Enlargement    : Pembesaran rahim
2)   Pemeriksaan hormon
Sebelum dengan pemeriksaan canggih, mola hidatidosa ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan galli Mainini. Pemeriksaan alat canggih dilakukan untuk menetapkan kadar hormon gonadrotopin
3)   Pemeriksaan foto toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan karena kemungkinan metastase ke paru-paru dengan gejala batuk-batuk disertai dahak berdarah, dapat menjadi timbunan cairan dalam pleural.
4)   Mencari metastase
Degenerasi ganas mola hidatidosa bila dijumpai metastasebintik kebiruan pada vagina yang merupakan tanda khas kario karisoma.

4.   Prognosa mola hidatodosa
Penyebab kematian akibat mola hidatidosa adalah karena perdarahan, payah jantung bersamaan dengan tirotoksikosis, infeksi sampai sepsis, pre-eklampsia, dan degenerasi ganas (kario karsinoma). Kematian mola hidatidosa diperkirakan 2% sampai 5%.

Bersambung.....................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar